my blog

Powered By Blogger

Kamis, 27 Januari 2011

Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche di SMP N 1 Salem Tahun 2010?”

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi seluruh organisme dipermukaan bumi ini untuk meneruskan keturunannya. Seperti halnya makhluk lain, manusia juga menjalankan perannya dalam meneruskan keturunan, dan wanita memiliki peranan yang cukup besar. Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Ada berbagai perubahan yang terjadi selama masa ini berlangsung, antara lain pertumbuhan badan yang cepat, munculnya ciri-ciri seks sekunder, perubahan emosi, dan menarche. Pria mengalami masa pubertas sekitar usia 13-16 tahun, dan wanita mengalaminya pada usia 12-15 tahun. Selanjutnya masa ini akan berakhir pada saat tercapainya kematangan seksual.
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Aspek negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan oleh anak perempuan adalah kerepotan (membawa pembalut pengganti) dan kekotoran. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa menarche melibatkan ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional.
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2005).
Mewujudkan keluaga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan prilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus. (BKKBN, 2002).
Sasaran program kesehatan reproduksi adalah agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan prilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015 (BKKBN, 2002)
Target Nasional Program Kesehatan Reproduksi, yang akan dilaksanakan pada tahun 2010 untuk kesehatan remaja adalah (Depkes, 2001)

1.Penurunan prevalensi pada anemia remaja menjadi kurang dari 20%.
2.Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar sekolah minimal 20%.
3.Prevalensi permasalahan remaja menurun.
Dari hasil pra survey terdapat 137 remaja putri kelas VII di SMP Negeri 1 Salem dan wawancara pada 10 remaja putri yang ditemui dapat diketahui 8 siswi belum pernah mendapatkan informasi tentang menarche (haid pertama) dan 2 siswi menyatakan sudah pernah mendapatkan informasi tentang menarche dari teman.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui : ”Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem”.

B.Rumusan Masalah
“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche di SMP N 1 Salem Tahun 2010?”

C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010



2.Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan kesiapan perubahan fisik menghadapi menarche.
b.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan kesiapan perubahan mental menghadapi menarche.
c.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan sumber informasi.
d.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche.

D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa SMP N 1 Salem
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan siswi tentang menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan
2. Bagi Instansi Pendidikan SMP N 1 Salem.
Sebagai bahan informasi bagi siswi SMP N 1 Salem tentang tingkat pengetahuan tentang menarche.


3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan DIII Kebidanan.

E.Lokasi dan Waktu
1.Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di SMP N 1 Salem.
2.Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Juli 2010













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pernyataan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Soekidjo, 2007).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Soekidjo, 2007).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan menurut Soekidjo (2007) yang dicakup dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu:
b.Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
c.Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentnag objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
d.Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi sebenarnya. Aplikai disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
e.Analisa (Analysis)
Analisis adalah Kemampuan untuk mernjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya dengan yang lain.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


f.Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
g.Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3.Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2007) cara memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a.Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:
1). Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.
2). Cara kekuasaan (otoritas)
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan.


3). Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
4). Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
b.Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian.
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Soedjono Soekanto (2009) adalah :
a.Tingkat pendidikan, pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif
b.Sumber informasi, seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempengaruhi pengetahuan Sumber informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Institusi pendidik langsung, meliputi tenaga kesehatan, guru dan orang tua (Soetjiningsih, 2004). Teman sebaya juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan. Teman sebaya yang hanya mengetahui sekilas saja tentang sesuatu hal, hanya memberikan informasi dan pemahaman yang salah.
2). Media cetak, meliputi koran, majalah, buku (Soekidjo, 2007)
3). Media elektronik, meliputi TV, internet, video (Soekidjo, 2007). Elgar Dale membagi alat peraga yang bisa dijadikan sumber informasi menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut kedalam kerucut: Kata-kata, tulisan, rekaman, radio, film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, benda asli.
Dari gambar 1 menunjukkan bahwa lapisan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan / pengajaran sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif (Soekidjo, 2007). Selain itu pengetahuan terbentuk setelah terjadi penginderaan oleh panca indra, panca indra yang paling sering digunakan adalah penglihatan dan pendengaran, sehingga sumber informasi yang bersifat audio visual akan lebih mempermudah penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan.
c.Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan
d.Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal
e.Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah pengetahuan.
5.Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atua responden ke dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Soekidjo, 2002). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Soekidjo, 2002) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Adapun hasil pengukuran tingkat pengetahuan menurut Arikunto tahun 2002 dapat terbentuk empat tingkatan antara lain:
1) Baik : Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 76%-100%
2) Cukup : Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 56%-75%
3) Kurang: Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 40%-55%
4) Buruk : Jika pertanyaan yang dijawab oleh responden <40% B. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Soekidjo, 2007). 2. Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu: a. Kognitif (cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. c. Konatif (conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Soekidjo, 2007). 3. Tingkatan Sikap Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap yaitu : a.Menerima (receiving) Pada tingkat ini, seseorang sadar akan kehadiran sesuatu (orang nilai perbedaan) dan orang tersebut akan menjelaskan sikap seperti mendengarkan, menghindari atau menerima keadaan tersebut. b.Merespon (responding) Yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau menjelaskan tugas yang diberikan sebagai sikapnya terhadap hal tertentu. c.Menghargai (valuing) Yaitu sikap untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d.Bertanggung jawab (responsible) Yaitu rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Soekidjo, 2007). C. Remaja 1. Pengertian remaja. Remaja ”adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin ”adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikososial (Yani, 2009). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Yani, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun. Adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Yani, 2009). Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari linkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak reamaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Yani, 2009). Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas (Yani, 2009) 2. Perkembangan remaja dan ciri-cirinya Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap: a. Masa remaja awal (10-12 tahun) 1). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2). Tampak dan merasa ingin bebas. 3). Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak) b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) 1). Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. 2). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3). Timbul perasaan cinta yang mendalam. 4). Kemampuan berfikir absterk (berkhayal) makin berkembang. 5). Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) 1). Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2). Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 3). Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4). Dapat mewujudkan perasaan cinta. 5). Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak. 3.Perubahan fisik pada masa remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangn yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut muculnya tanda-tanda sebagai berikut: a.Tanda-tanda seks primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid (menarche). Ini adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. b.Tanda-tanda seks sekunder 1). Rambut Rambut kemalun pada wanita juga tubuh seperti hal nya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tanpak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. 2). Pinggul Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat, hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. 3). Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secra harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. 4). Kulit Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut. 5). Kelenjar lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. 6). Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai kaki. 7). Suara Suara berubah semakin merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita. 4.Perubahan kejiwaan pada masa remaja Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada masa remaja adalah: a.Perubahan emosi Perubahan tersebut berupa kondisi: 1.Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamannya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi. 2.Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir dahulu. 3.Ada kecendrungan tidak patuh terhadap orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya dari pada tinggal di rumah. b. Perkembangan intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja: 1.Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik. 2.Cenderung ingin mengetahuan hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya (Yani, 2009). D. Menarche Pengertian Menarche Menarche adalah saat haid / menstruasi yang datang pertama kali pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa (Liewellyn-Jones, 2005). Menarche adalah menstruasi pertama, yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun (Manuaba, 2009). Menarche adalah menstruasi pertama pada remaja putri biasanya terjadi pada rentang usia 8-16 tahun (Dita andira, 2010). Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Menarche yang terjadi sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi precox (Sarwono, 2005). Seiring dengan perubahan pola hidup saat ini ada kecenderungan anak perempuan mendapatkan menstruasi yang pertama kali usianya makin lebih muda. Ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya menstruasi datang lebih dini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal yang dibawa sejak lahir. Kondisi ini kemudian dipicu pula oleh faktor eksternal, seperti makanan (terutama junkfood), lingkungan yang modern serta tingkat kemakmuran masyarakat di suatu daerah. Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin skunder, menarche, dan perubahan psikis. Menarche merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak adalah perubahan badan anak yang lebih cepat terutama ekstremitasnya, dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin, diduga pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis epifis tulang-tulang, sehingga pertumbuhan badan berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genetalia interna, genetalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder. Dalam masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna lambat laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa. Perkembangan dalam bidang rohani ialah penyesuaian diri dalam alam terlindung serta aman menuju ke arah alam berdiri sendiri dan bertanggung jawab, dari alam pikiran egosentrik ke alam pikiran yang lebih matang. E. Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian dan ada yang 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Sarwono, 2005). Menstruasi atau haid adalah keluarnya darah dari dalam rahim melalui vagina. Darah ini keluar sebagai akibat dari meluruhnya lapisan dalam rahim yang mengandung permbuluh darah sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi ini akan datang secara teratur setiap bulan. Normalnya setiap wanita pasti akan mengalami proses ini, meski waktu menstruasi pertama kali serta lamanya mentruasi pada setiap wanita itu berbeda-beda. (Nurchasanah, 2009). Siklus menstruasi yang normal bisa terjadi selama 21-35 hari. Oleh karena itu, jika siklus menstruasi pada seorang wanita tidak teratur, biasanya ada gangguan terhadap organ reproduksinya. Lamanya menstruasi pada tiap wanita juga tidak sama, tapi rata-rata terjadi selama 3-8 hari. ika sudah lebih dari 14 hari darah menstruasi belum berhenti, kemungkinan itu merupakan darah penyakit (Nurchasanah, 2009). Sebelum menstruasi, kadang-kadang wanita juga akan mengalami Premenstrual Syndrome atau PMS. Ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi di dalam tubuhnya. Bahkan ada pula yang rutin mengalami menstrusai. F.Sikap yang dilakukan dalam mengurangi rasa sakit pada menstruasi: 1).Kompres bagian perut atau punggung yang terasa sakit dengan botol berisi air panas. 2).Mandi dengan air hangat. Bisa juga menambahkan aromaterapi ke dalam air mandi sebagai salah satu upaya untuk merelaksasi tubuh. 3).Minum-minuman hangat yang banyak mengandung kalsium. 4).Gosok bagian yang sakit dengan minyak kayu putih atau balsam. 5).Untuk membantu relaksasi, lakukan posisi menungging agar rahim tergantung ke bawah. 6).Sering-sering menarik nafas panjang. (Nurchasanah, 2009). Haid bukanlah suatu penyakit. Haid merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil (Liewellyn-Jones, 2005). G.Siklus Menstruasi Alat kandungan ada saat lahir belum berkembang. Setelah pancaindra menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan di olah oleh hipotalamus, melalui”system portal”mengeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone yang merangsang indung telur. Hormon perangsang folikel (FSH), merangang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormone estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan di payudara) pertumbuhan rambut meliputi rambut kemaluan yang berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak (Manuaba, 2009). Pada permulaaan hanya hormone estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali (menarche) muncul pada umur 12-13 tahun. Dominannya estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder. Itu sebabnya pada permulaan perdarahan sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (tanpa pelepasan telur). Baru setelah umur wanita mencapai remaja 17-18 tahun, menstruasi teratur dengan interval 26-32 hari (Manuaba, 2009). Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormone lutheinizing (LH) sehingga dapat merangsang Folikel Graaf yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopii, dan dibungkus oleh korona radiate yang akan memberi nutrisi selama 48 jam. Folikel Graaf yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesterone (Manuaba, 2009) Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, setalah di rangsang oleh korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesterone lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, sehingga pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur), korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan di dalam rahim, oleh karena hormon estrogen dan progesterone berkurang sampai menghilang. Berkurang dan menghilangnya hormone estrogen dan progesterone, menyebabkan terjadi fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebur”mentruasi”. Pengeluaran darah menstruasi berlangsung antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Bila perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan banyak yang merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba, 2009). Oleh karena terjadinya kematian dari korpus luteum, hormone estrogen berkurang yang menyebabkan rangsangan untuk pengeluaran FSH sehingga siklus yang berhubungan dengan hipotalamus hipofise-indung telur berulang lagi. Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 23-35 hari. Oleh karena korpus luteum mempunyai umur sekitar 8-10 hari, dapat diperhitungkan terdapat pergeseran dari ovulasi (pelepasan telur) yang mempengaruhi perhitungan minggu subur. Mengetahui minggu subur sangat penting berkaitan dengan upaya dapat hamil bagi yang menginginkan atau menghindari hubungan seksual bagi yang keluarga berencana dengan sistem “pantang berkala”. (Manuaba, 2009). Menurut Heffner (2008). Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti, jika ini proses dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium: 1.Fase folikular. Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi. Pada siklus menstruasi 28 hari, fase ini meliputi 14 hari pertama. Pada siklus ovulatoir yang lebih atau kurang dari 28 hari, adanya penyimpangan lamanya siklus tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan lamanya fase folikular. 2.Fase ovulatori. Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui kapsul ovarium. Dua sampai tiga hari sebelum onset lonjakan LH, etradiol dan inhibin B yang bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan, sintesis etradiol berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa. 3.Fase luteal Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Sebenarnya, konsentrasi estrogen yang bersirkulasi selama fase luteal berada dalam keadaan praovulatori, dengan umpan balik positif. Akan tetapi ciri fase luteal adalah konsentrasi progesteron dan 17-hidroksiprogesteron yang tinggi dan disekresi oleh korpus luteum. Progesteron pada kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipófisis. Selain itu, pada keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya konsentrasi progesteron dan estrogen, frekuensi denyut GnRH praovulatori menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis dasar. 4.Fase menstruasi. Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya, akan berovulasi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi. H. Gangguan Menstruasi Setelah memahami siklus mentruasi normal dengan menarche sebagai titik awalnya, dapat dikemukakan beberapa gangguan menstruasi seperti dibawah ini: a.Gangguan jumlah darah dan lama haid. Hipermenorea (menoragia) adalah bentuk gangguan siklus mentruasi tetap teratur, tapi jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darahnya. Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim). Diagnosis kelinan ini dapat ditetapkan dengan pemeriksaan dalam, ultrasonografi (USG), dan pemeriksaan terhadap kerokan. Kelainan kedua adalah hipomenorea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak banyak berdarah.penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita yang kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu (Manuaba, 2009). b.Kelainan siklus menstruasi, Mencakup bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut, polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea, siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan hormonal, amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut. Menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun. Amenorea primer terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebab kelainan anatomis alat kelamin (tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal). Amenorea fisiologis (normal) yaitu seorang wanita sejak lahir sampai mencapai menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid. Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti setelah lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolism, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau terdapat penyakit menahun (Manuaba, 2009). c.Perdarahan di luar haid. Perdarahan diluar haid disebut juga metroragia. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poroshipotalamus-hipofise, ovarium (indumg telur), dan rangsangan estrogen dan progesterone dengan bentuk perdarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan terus-menerus, dan perdarahan mentruasi berkepanjangan. Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan secara hormonal sedangkan untuk wanita menikah atau mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya. Untuk menegakkan kepastian dan mengurangi keluhan, sebaiknya dilakukan konsultasi ke dokter ahli. Bentuk gambaran klinis gangguan hormonal dengan perdarahan yaitu perdarahan rahim menyimpang, menometroragia (perdarahan banyak dan berkelanjutan dengan menstruasi) atau metrorragia / perdarahan di luar menstruasi (Manuaba, 2009). Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan pada alat-alat kelamin di antaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan, atau polip). Pada badan rahim (mioma uteri [tumor rahim], polip pada lapisan dalam rahim, keguguran atau penyakit trofoblast, keganasan). Sedangkan pada saluran telur kelainan dapat berupa kehamilan tuba (di luar kandungan), radang saluran telur, atau tumor tuba sampai keganasan tuba (Manuaba, 2009). Setiap perdarahan abnormal yang terjadi bersamaan atau di luar menstruasi sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009). d.Keadaan patologis terkait menstruasi. Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum haid (prementual tension) terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesterone menjelang menstruasi (Manuaba, 2009). Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran pada payudara sebelum menstruasi. Ini disebabkan peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam, tetapi perlu diperhatikan kemungkinan adanya radang payudara atau tumor payudara, karenanya disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum haid adalah mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel Graaf, dapat disertai perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari, ini adalah waktu yang tepat untuk hubungan seks yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Sedangkan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenorea primer dan sekunder (Manuaba, 2009). I. KERANGKA TEORI Kerangka teori adalah suatu kerangka yang berhubungan dengan abstrak atau nyata yang disusun berdasarkan tema atau topik (Metodologi Riset Keperawatan, 2001). 4. Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Notoatmodjo, 2002; Manuaba, 2009; Widyastuti, 2009 : Wiknjosastro, 2005). F.KERANGKA KONSEP Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo, 2002) Kerangka konsep penelitian Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan kuantitatif yaitu data yang hasilnya berupa angka-angka biasanya dalam bentuk presentase (Soekidjo, 2002). Peneliti mencari gambaran tentang tingkat pengetahuan remaja putri kelas VII tentang menarche di SMP Negeri I Salem dan hasil datanya berupa angka-angka dalam bentuk presentase. Peneliti menggunakan pendekatan survei yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu (Soekidjo, 2002). B.Populasi dan Sampel 1.Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Soekidjo, 2002). Populasi penelitian adalah remaja putri kelas VII di SMP Negeri I Salem yaitu sebanyak 137 siswa. 2.Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2002). Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan (Sugiyono, 2009). Menurut Polit dan Hungler (1993) mengatakan bahwa, semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh ( Nurasalam, 2008 ). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 137 responden dari jumlah seluruh responden. C.Jenis dan teknik pengumpulan data Jenis data digunakan adalah data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui obyeknya (Soekidjo, 2002). Data yang di peroleh dari populasi secara langsung saat penelitian yaitu kuesioner. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu peneliti datang ke SMP Negeri I Salem. Kemudian peneliti memasuki kelas responden dengan didampingi seorang guru, dengan dibantu oleh ketua kelas, peneliti membagikan kuesioner satu per satu pada setiap responden. Tapi sebelumnya peneliti terlebih dahulu memberikan informasi dan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner serta meminta persetujuan untuk menjadi responden. Setelah kuesioner diisi semua oleh responden kemudian kuesioner dikumpulkan kepada peneliti satu per satu sambil diteliti apakah data-datanya yang ada dalam kuesioner sudah terisi semua atau belum. Dalam penelitian ini dibutuhkan waktu satu hari untuk pengambilan data dalam penelitian. D.Instrumen pengumpulan data Kuesioner dipakai sebagai alat pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan responden tentang menarche. Jenis kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang harus dijawab atau diisi oleh responden. Responden memilih salah satu alternative jawaban pada angket pengetahuan yaitu benar atau salah yang terdiri dari 20 soal. Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan tertutup dimana responden harus mengisi salah satu jawaban dengan ketentuan pada pertanyaan positif nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Pada pertanyaan negatif nilai 0 untuk jawaban benar dan nilai 1 untuk jawaban salah. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Materi Pengetahuan Variabel Item Materi No. Soal Jumlah Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Menarche - Perubahan fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9 - Perubahan mental 10, 11, 12, 13, 14, 15 6 - Sumber informasi 1 - Sikap 16, 17, 18, 19, 20 5 Sebelum kuesioner di kenalkan pada responden instumen ini akan di uji keampuhan. Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid (Arikunto, S. 2002). 1.Uji Validitas Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen (Soekidjo, 2002). Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS. Rumus : rxy Keterangan : rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y. xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item. y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Pada tingkat kepercayaan 95 % dapat diketahui r tabel sebesar 0,361 Dinyatakan valid apabila r hitung > dari r tabel, sebaliknya apabila r tabel > dari r hitung maka dinyatakan tidak valid (Soekidjo, 2002). Dari 20 butir pertanyaan, 20 butir pertanyaan dianggap valid karena nilai rxy > r tabel (0,361) sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Selanjutnya butir pertanyaan yang valid dilanjutkan untuk uji reliabilitas.
Uji validitas dilakukan di SMP Negeri 2 Salem atas dasar persamaan geografis dan prestasi akademik. Uji validitas dilakukan tanggal 25 Mei 2010 pada 30 responden dengan 20 soal. Analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS.
2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup data dipercaya dan diandalkan untuk dipakai sebagai alat pengumpul data. (Soekidjo, 2002). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan untuk mengambil data berapa kalipun, hasilnya akan tetap sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan Rumus :

α =

Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I
Sx = jumlah varians skor total
Apabila nilai alpha Cronbach > 0,361 maka alat ukur itu bisa dikatakan reliable, jika kurang dari 0,361 maka tidak reliable. (Sugiyono, 2005)
Uji realibilitas dilakukan di SMP Negeri 2 Salem atas dasar persamaan geografis dan prestasi akademik. Uji validitas dilakukan tanggal 25 Mei 2010 pada 30 responden dengan 20 soal. Analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien Alpha Chronbach dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS.
Hasil angka reliabilitas pada setiap butir pertanyaan tingkat pengetahuan dikatakan reliabel bila α (0,8161) > r tabel (0,361). Dari hasil tersebut, maka 20 butir pertanyaan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian di SMP Negeri 1 Salem.



E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Soekidjo, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja kelas VII tentang menarche di SMP Negeri I Salem meliputi pengetahuan siswi tentang menarche berdasarkan perubahan fisik, pengetahuan siswi tentang menarche berdasarkan perubahan mental, sumber informasi, serta sikap dan cara mengurangi rasa sakit saat menarche.
2.Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu petunjuk bagaimana dalam penelitian akan memberikan gambaran secara nyata fenomena yang lebih mengarah pada permasalahan yang akan diteliti:









Tabel 3.3 Definisi Operasional

No
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Skala
1
Pengetahuan remaja putri
Pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki oleh responden dalam menjawab kuesioner dengan benar tentang kesiapan fisik, mental menghadapi menarche
Baik:76-100%
Cukup: 56-75%
Kurang: 41%-55%
Buruk : < 40% Ordinal 2 Perubahan fisik Perubahan fisik merupakan suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41% - 55% Buruk : < 40% Ordinal 3 Perubahan mental Perubahan mental adalah perubahan kejiwaan responden menghadapi mearche Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41%-55% Buruk : < 40% Ordinal 4 Sumber informasi Sumber informasi adalah media yang digunakan responden untuk mengetahui tentang menarche Guru Koran / majalah Orang tua Tenaga kesehatan Internet Televisi Nominal 5 Sikap dan cara mengatasi rasa sakit saat menarche Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41%-55% Buruk : < 40% Ordinal F.Lokasi dan waktu pengambilan Data 1.Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Salem. 2.Waktu Pengambilan Data Pengambilan data di lakukan pada tanggal 18 Juni 2010 G.Pengolahan Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik dengan cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan alat komputer dengan cara ( Soekidjo, 2002), sebagai berikut : 1.Editing Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan berupa hasil dari pembagian kuesioner. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menjumlah dan melakukan koreksi ( Budiarto, 2001). Peneliti melakukan pemeriksaan ulang kuesioner ditempat pengumpulan data, meneliti kembali jawaban yang ada serta kelengkapan data kuesioner yang diisi oleh responden bila terjadi kekurangan atau ketidaksesuian dapat segera dilengkapi atau disesuaikan. 2.Coding Setelah editing selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan pengkodean atau pemberian kode pada data ( Budiarto, 2001). Pada penelitian ini data coding dilakukan dengan memberikan kode 0 untuk jawaban yang salah dan 1 untuk jawaban benar. 3.Tabulating Setelah editing dan koding selesai dilakukan langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mengelompokan data tersebut kedalam sebuah tabel tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai tujuan penelitian (Nursalam, 2008). 4.Analisis Data Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan proses komputerisasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Anilisis univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap satiap variabel dari hasil penilitian. Pada umumnya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Soekidjo, 2002). Tingkat pengetahuan(%) = x 100% Dari analisa tersebut akan menghasilkan predikat tingkat pengetahuan yang akan dikategorikan ke dalam : Baik : apabila jumlah jawaban benar 76% – 100% Cukup : apabila jumlah jawaban benar 56% – 75% Kurang : apabila jumlah jawaban benar 40% – 55% buruk : apabila jumlah jawaban benar <40% (Arikunto, 2002) H. Keterbatasan Penelitian 1. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan data primer dan dibagikan dalam bentuk kuesioner, sehingga validitas dan reabilitas penelitian sangat tergantung dari jawaban yang diisi oleh responden sehingga penelitian ini masih kurang dari sempurna, karena tidak bisa menggali alasan-alasan yang dilakukan responden. Peneliti sadar dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Hal ini karena peneliti kurang dapat beradaptasi dengan responden, dan dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. 2. Peneliti hanya meneliti tingkat pengetahuan remaja putri hanya sampai batas tahu atau mengukur tingkat pengetahuannya saja dari seluruh badan yang dipelajari yaitu pengetahuan menstruasi tidak mengukur sampai batas memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 3. Proses penelitian yang sangat cepat sehingga peneliti tidak bisa mengkaji lebih dalam mengenai pengetahuan responden tentang menarche. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Juli 2010 dengan sampel siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes berjumlah 137 responden. 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 25 99 8 5 18,2 72,3 5,9 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%). Tingkat pengetahuan siswi tentang menarche dalam kategori baik sebanyak 25 orang (18,2%), kurang sebanyak 8 orang (5,9%) dan buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 49 59 24 5 35,8 43,1 17,5 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 49 orang (35,8%), kurang sebanyak 24 orang (17,5%) dan buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 3.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 49 53 27 8 35,8 38,7 19,7 5,8 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 49 orang (35,8%), kurang sebanyak 27 orang (19,7%) dan buruk sebanyak 8 orang (5,8%). 4.Sumber informasi pengetahuan tentang menarche Gambaran secara umum sumber informasi pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi frekuensi sumber informasi pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Sumber informasi Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 Guru Koran/Majalah Orang tua Tenaga kesehatan Internet TV 15 18 58 29 12 5 10,9 13,1 42,4 21,2 8,8 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,4%), kemudian dari Tenaga kesehatan sebanyak 29 orang (21,2%), koran/majalah 18 orang (13,1%), dari guru sebanyak 15 orang (10,9%), Internet sebanyak 12 orang (8,8%) dan dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 52 65 13 7 38,0 47,4 9,5 5,1 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 52 orang (38%), kurang sebanyak 13 orang (9,5%) dan buruk sebanyak 7 orang (5,1%). B.Pembahasan 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%) dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 5 orang (3,6%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Soekidjo, 2002). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche dalam kategori cukup dimungkan karena responden pernah mendapatkan informasi dari sumber yang dapat mereka temukan. Namun demikian informasi yang responden dapatkan tersebut belum dapat dipahami secara lebih luas sehingga pengetahuan mereka baru dalam kategori cukup. 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 5 orang (3,6%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan perubahan fisik dalam kategori cukup karena responden merasa perubahan fisik itu merupakan perubahan yang terjadi secara tidak disadari dan terjadi secara alamiah / natural. Sesuai dengan pertumbuhan normal organ–organ reproduksi. Pada masa remaja terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi (Yani, 2009). Adanya perubahan fisik ini perlu diketahui oleh remaja putri menjelang masa menarche sehingga tidak terjadi kebingungan atau kecemasan ketika perubahan itu terjadi. 3.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 8 orang (5,8%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan perubahan mental dalam kategori cukup dimungkinkan karena responden merasa tidak ada perubahan mental yang sangat mengganggu. Menurut Yani Widiastuti ( 2009 ) Perubahan mental yang terjadi pada masa menarche seperti sensitif atau peka misalnya mudah Menangis, cemas dan frustasi tetapi sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap rangsangan dari luar, suka mencari perhatian dan suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini perlu diketahui dengan baik oleh remaja sehingga hal-hal yang negatif dapat dihindarkan. 4.Sumber informasi pengetahuan tentang menarche Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,3%) dan sebagian kecil dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). Sumber informasi dari orang tua akan lebih baik karena orang tua (ibu) mempunyai pengalaman mengalami menarche. Selain itu, orang tua biasanya berusaha memberikan pendidikan atau pengetahuan yang lebih baik dan benar kepada anaknya. Tingkah laku manusia dipengaruhi budaya dalam memenuhi kebutuhan sikap dan kepercayaan. Budaya yang terjadi dinegara kita adalah mayoritas seorang ibu memberikan informasi mengenai menarche kepada anaknya. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Sumber informasi biasanya diperoleh dari pengalaman (Soekidjo, 2002). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 7 orang (5,1%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche dalam kategori cukup dimungkinkan karena responden mengetahui cara mengurangi rasa sakit hanya sebagian kecil saja sehingga pengetahuan mereka baru dalam kategori cukup. Mayoritas sikap yang dilakukan cara megurangi rasa sakit pada saat menarche sebagian besar hanya mengetahui dengan cara mengompres. Sikap merupakan reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih darhulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak dengan motif tertentu (Soekidjo, 2007). Dengan yang cukup baik berarti remaja putri telah cukup mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%) dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 5 orang (3,6%). 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 3.tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 8 orang (5,8%). 4.Sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,4%), dan sebagian kecil dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 7 orang (5,1%). B.Saran 1.Bagi siswa SMP N 01 Salem Siswi atau remaja putri menjelang usia menarche sebaiknya mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya mengenai menarche sehingga memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche. 2.Bagi Instansi Pendidikan SMP N 01 Salem Dalam beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan menarche sebaiknya diberikan materi mengenai menarche secara lebih luas sehingga pengetahuan siswi putri tentang menarche dapat lebih baik. 3.Bagi Peneliti Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang menarcher pada remaja putri dengan uji korelasi.atan Alumni Pendidikan Keper DAFTAR PUSTAKA -Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta. - BKKBN.2002. Aborsi Harus Diselesaikan Secara Sosiologis.http://www//blog abortion. Diakses tanggal 21 Mei 2010 pukul 19.18. WIB. -Budiarto, Eko. 2001 Biostatik Untuk Pendekatan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. -Depdiknas. 2001. Kampus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3 . Jakarta : Balai Pustaka. -Dita Andira. 2010. seluk-beluk kesehatan reproduksi wanita.cetakan pertama, februari 2010, hal 31-33,Yogyakarta: A*PLUS BOOKS -Heffner, Linda J dan Schust Danny J. 2008. The Productive System at a Glance. Jakarta. Erlangga. -Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. metode penelitian kesehatan. Rhineka cipta. Jakarta. _________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta -Nurchasanah. 2009. Ensiklopedi kesehatan wanita. Yogyakarta:.............. -Nursalam, 2008. Konsep dan Penarapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta -Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC. -Prawiroharjo, Sarwono.2005.Ilmu Kandungan, edisi 2.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka -Widyastuti, Yani, dkk.2009. Konsep Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya - Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. - Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Per -Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta -Wiknjosastro, Hanifa. 2005.Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas Tahun 2010?”


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Pemenuhan gizi tidak dimulai pada saat janin sudah lahir, tetapi dimulai dari saat dalam kandungan atau selama kehamilan. Oleh karena itu ibu hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan (Karyadi, 2001).
Pemenuhan asupan gizi bagi ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain faktor pengetahuan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang harus diperoleh, misalnya pendapat yang menyatakan bahwa ibu hamil tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi makanan karena dapat membuat janin terlalu besar sehingga menyulitkan proses persalinan (Christianingrum, 2005).
1
Kebutuhan zat gizi selama hamil lebih besar dibandingkan dengan pada sebelum hamil, terutama untuk zat gizi tertentu. Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan gizi yang seimbang, yaitu makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Trimester pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian ibu hamil terhadap kehamilannya. Karena pertumbuhan janin masih lambat, maka penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil, bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu masih sama dengan wanita dewasa biasa. Memasuki trimester kedua, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lain untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI pada saat menyusui nanti. Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya (Lubis, 2003).
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti KEK dan anemia gizi. Jumlah penderita KEK di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Menurut data Susenas tahun 1999, jumlah ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 27,6 % (Depkes, 2000). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil di Indonesia menderita KEK (Lubis, 2003). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 memperlihatkan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak 4.467 ibu hamil atau 14,5 % dari 30.701 ibu hamil.
Wilayah kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas pada bulan April 2010 terdapat 311 ibu hamil dengan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak 137 ibu hamil atau 44,0 %. Angka tersebut jauh di atas rata-rata kejadian KEK Kabupaten Banyumas. Sedangkan pada Tahun 2009, angka KEK di wilayah Puskesmas Kembaran I mencapai 27,73 % dari seluruh ibu hamil dan menempati peringkat ketiga tertinggi se-Kabupaten Banyumas.
Angka anemia pada kehamilan di Indonesia masih cukup tinggi. Kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20 % - 89 % dari seluruh kehamilan (Sukarman, 2008). Di Kabupaten Banyumas, selama tahun 2009 dari 35.462 ibu hamil yang diperiksa, terdapat 8.985 orang (25,3 %) menderita anemia, yaitu dengan nilai Hb kurang dari 10 gr% (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2009). Data Puskesmas Kembaran I menunjukkan pada Bulan April 2010 jumlah ibu hamil yang diperiksa kadar Hb sebanyak 415 ibu hamil dan yang mempunyai kadar Hb < 10gr% sebanyak 137 ibu hamil (33,0%).
Studi pendahuluan yang penulis lakukan dengan metode wawancara terhadap 5 ibu hamil yang melakukan ANC di Puskesmas Kembaran I memperlihatkan bahwa terdapat 2 ibu hamil yang tidak mengetahui tentang kebutuhan gizi selama kehamilan, sedangkan 3 ibu lainnya mengatakan mengetahui kebutuhan terhadap gizi selama kehamilan. Dari wawancara tersebut juga diketahui bahwa responden yang tidak mengetahui tentang gizi seimbang selama kehamilan tersebut mengatakan selama hamil justru mengurangi asupan makannya karena mengalami mual. Sedangkan tiga ibu lainnya selama hamil sangat memperhatikan asupan gizinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan di wilayah Puskesmas Kembaran I.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas Tahun 2010?”

Tujuan Penelitian
    1. Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan di wilayah Puskesmas Kembaran I Tahun 2010.
    1. Tujuan Khusus
  1. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan di wilayah Puskesmas Kembaran I Tahun 2010.
  2. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan gizi ibu hamil di wilayah Puskesmas Kembaran I Tahun 2010.
  3. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang angka kecukupan gizi ibu hamil di wilayah Puskesmas Kembaran I Tahun 2010.
  4. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil di wilayah Puskesmas Kembaran I Tahun 2010.

Manfaat Penelitian
    1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan referensi tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan.
    1. Manfaat Praktis
    1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan
    1. Bagi tenaga kesehatan / bidan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan.
e. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan penelitian selanjutnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas dengan waktu penelitian pada Bulan Mei –Juli 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

    1. Tinjauan Pustaka
      1. Pengetahuan
      1. Pengertian
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (be1iefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003).
Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan seseorang. Secara konseptual, pengetahuan merupakan persepsi seseorang yang dihasilkan setelah seseorang melakukan penginderaan, baik mendengar, melihat merasakan atau mengalami sendiri suatu obyek tertentu. Selanjutnya setiap orang bisa memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama (Notoatmodjo, 2003).
      1. Jenis-Jenis Pengetahuan
Menurut Irmayanti (2007), pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu :
    1. Pengetahuan empiris
7
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan empiris bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
    1. Pengetahuan rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori dan tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika atau ilmu eksata.
      1. Sumber Pengetahuan
Menurut World Health Organization atau WHO (1992, dalam Notoatmodjo, 2003), pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dan pihak lain, seperti orang tua, petugas, teman, buku dan media komunikasi lainnya. Selain itu, Notoatmodjo (2003) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memiliki korelasi positif dengan pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Korelasi positif dimaksudkan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuannya juga akan semakin baik.




      1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), adalah :
  1. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa ketrampilan. Sifat pendidikan sangat penting yaitu merupakan nilai yang memberikan pertimbangan dan arahan dalam kehidupan masyarakat, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan tempat pendidikan tersebut berlangsung dan merupakan satu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimana karakter moral dan intelektual ditempat untuk bersaing di era globalisasi. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada ibu hamil, dengan tingkat pendidikan yang tinggi ibu hamil akan mengetahui tentang asupan gizi yang baik untuk ibu selama kehamilan (Windagdo,2003).
  1. Informasi
Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, kader, bidan, puskesmas dan majalah.
  1. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan
  1. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu. Individu dapat memaknai suatu kejadian untuk meningkatkan pengetahuannya.
  1. Umur
Umur lama hidup seseorang dihitung sejak kelahirannya. Umur terkait dengan kedewasaan berpikir. Individu dengan usia dewasa cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan individu dengan usia yang jauh lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
  1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Pekerjaan berhubungan erat dengan interaksi dengan orang lain. Jenis pekerjaa yang menuntut seseorang berinteraksi secara intens dengan orang mempunyai kemungkinan adanya tranfers on konowledge. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa sumber informasi dapat berasal dari rekan kerja.
      1. Tingkatan Pengetahuan
Adapun tingkat pengetahuan dalam domain kognitis menurut Notoatmodjo (2003) adalah tahu, memahami, menerapkan, menganalisis, menggabungkan dan mengevaluasi.
      1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
      1. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
      1. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


      1. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
      1. Sintesis (synthesis)
Sintesis ini menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
      1. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi/obyek.
      1. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoamodjo, 2003).
Menurut Arikunto (2002) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :
        1. Tingkat pengetahuan baik : 76% - 100%
        2. Tingkat pengetahuan cukup baik : 56% - 75%
        3. Tingkat pengetahuan kurang baik : 40% - 55%
        4. Tingkat pengetahuan tidak baik : < 40%
      1. Gizi Seimbang pada Kehamilan
  1. Pengertian
Gizi pada ibu hamil adalah kebutuhan makanan bagi ibu hamil yang harus dipenuhi pada saat ibu mangalami kehamilan. Gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil berbeda dengan asupan gizi ibu yang tidak hamil. Kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil saja, melainkan juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin yang dikandungnya, oleh karena itu kebutuhan gizi ibu hamil lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak hamil (Karyadi, 2001).
Menurut Haryanto (2000) kegunaan gizi pada ibu hamil, antara lain adalah :
        1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
        2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu
        3. Untuk mempersiapkan supaya luka-luka setelah persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
        4. Untuk cadangan gizi pada masa laktasi
  1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Berikut ini adalah kebutuhan gizi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan :
  1. Trimester I
Trimester pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian seorang perempuan terhadap kehamilannya. Karena pada tiga bulan pertama ini pertumbuhan janin masih lambat, penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil. Bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu masih sama dengan wanita dewasa biasa. Hanya saja, seluruh zat gizi yang dikonsumsinya harus memenuhi kebutuhan janin. Kekurangan gizi tertentu atau terkonsumsinya zat adiktif berbahaya bisa menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang sempurna. (Haryanto, 2000).
Pada trimester I ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaaan ini biasanya ibu hamil mengalami mual, muntah-muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. (Haryanto, 2000).

Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester I, antara lain :
        1. Kalori
Kalori dibutuhkan untuk perubahan dalam tubuh ibu hamil, meliputi pembentukan sel-sel baru, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke pembuluh darah janin melalui plasenta dan pembentukan enzim serta hormon yang mengatur pertumbuhan janin. Selama trimester pertama, wanita hamil perlu tambahan bobot badan sebanyak 0,5 kg setiap minggu. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998), ibu hamil perlu tambahan 285 Kkal setiap hari atau sama dengan 2.485 Kkal per hari. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg.
        1. Protein
Untuk membangun sel-sel baru janin, termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku, dan jaringan otot dibutuhkan protein. Protein juga diperlukan plasenta untuk membawa makanan ke janin dan juga pengaturan hormon sang ibu dan janin. Tambahan protein yang dibutuhkan setiap hari adalah 60 g atau 12 g lebih banyak ketimbang wanita dewasa tak hamil. Protein dapat diperoleh dari bahan makanan seperti daging, keju, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe dan oncom.
        1. Vitamin dan mineral
Diperlukan vitamin dan mineral yang merupakan zat gizi penting selama hamil. Vitamin A dalam jumlah optimal diperlukan untuk pertumbuhan janin. Tidak kalah penting vitamin B1 dan B2 serta niasin yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sedangkan vitamin B6 dan B12 berguna untuk mengatur penggunaan protein oleh tubuh. Vitamin C penting untuk membantu penyerapan zat besi selama hamil untuk mencegah anemia.
Untuk pembentukan tulang serta persendian janin diperlukan vitamin D yang membantu penyerapan kalsium. Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Zat kapur ini banyak terdapat pada susu dan olahannya serta kacang-kacangan.
Sementara itu vitamin E diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah serta melindungi lemak dari kerusakan. Asam folat dan seng penting untuk pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat dapat mengurangi risiko kelainan susunan saraf pusat dan otak janin. Makanan yang kaya akan asam folat misalnya jeruk, pisang, brokoli, wortel, dan tomat.
Pasokan zat besi juga tidak kalah penting karena pada masa hamil volume darah ibu akan meningkat 30%. Di samping itu, plasenta harus mengalirkan cukup zat besi untuk perkembangan janin.
        1. Serat
Konsumsi serat banyak terdapat pada buah dan sayuran, berguna untuk membantu kerja sistem ekskresi sehingga mudah buang air besar.
        1. Air
Kekurangan air (dehidrasi) harus segera ditanggulangi, karena dalam masa kehamilan muda ada kalanya terjadi muntah-muntah sehingga banyak mengeluarkan cairan tubuh.
  1. Trimester II
Memasuki trimester kedua, saat kehamilan berusia 4 - 6 bulan, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhan itu mencapai 10 gram per hari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payudara dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainnya untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI (air susu ibu) saat menyusui nanti.

Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester II, antara lain :
          1. Kalori
Tubuh membutuhkan tambahan 285 kalori setiap hari dibandingkan dengan sebelum hamil. Konsumsi makanan ini setidaknya menghasilkan pertambahan bobot badan sekitar 8 - 15 kg sampai akhir trimester ketiga. Sejak trimester kedua ini, diusahakan untuk menambah bobot ½ kg setiap minggu. Di akhir bulan kehamilan, konsumsi karbohidrat (50 - 60% dari total kalori) diperlukan dalam takaran yang cukup untuk persiapan tenaga ibu dalam masa persalinan.
          1. Protein
Protein penting untuk pertumbuhan janin dan plasenta, juga untuk memenuhi kebutuhan suplai darah merah. Kebutuhan protein didapat dari bahan makanan hewani seperti daging, ikan, telur, dan nabati seperti kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
          1. Vitamin dan mineral
Pada trimester ketiga, tubuh membutuhkan vitamin B6 dalam jumlah banyak dibandingkan sebelum hamil. Vitamin ini dibutuhkan untuk membentuk protein dari asam amino, darah merah, saraf otak, dan otot-otot tubuh. Bila protein tercukupi, maka kebutuhan vitamin B6 akan tercukupi pula. Makanan yang banyak mengandung vitamin B6 ini antara lain ikan. Jangan lupa mengonsumsi substansi omega-3 yang banyak terkandung dalam daging ikan tuna dan salmon. Omega-3 juga berperan pada perkembangan otak dan retina janin.
Zinc dibutuhkan bagi sistem imunologi (kekebalan) tubuh. Konsumsi zinc juga dapat menghindari lahirnya janin prematur dan berperan dalam perkembangan otak janin, terutama pada trimester terakhir. Diduga, kekurangan seng menyebabkan bibir sumbing. Makanan yang kaya seng antara lain daging sapi dan ikan.
Kalsium diperlukan pada trimester pertama hingga trimester ketiga karena merupakan zat gizi penting selama kehamilan. Kebutuhan zat besi meningkat terutama pada awal trimester kedua kehamilan. Faktanya, hampir 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Sebab itu suplementasi pil besi diupayakan untuk diberikan selama kehamilan guna memenuhi kebutuhan zat besi itu.
  1. Trimester III
Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga, ketika usia kehamilan mencapai 7 - 9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya.
Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester III tidak berbeda dengan ibu hamil trimester II.
  1. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil
Menurut Karyadi (2001) angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil


Zat Gizi
Kebutuhan wanita dewasa
Kebutuhan wanita hamil
Sumber makanan
Energi (kalori)
2500
+ 300
Padi-padian, jagung, umbi-umbian, mi, roti.
Protein (gram)
40
+ 10
Daging, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu,tempe.
Kalsium (mg)
0,5
+ 0,6
Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran hijau.
Zat besi (mg)
28
+ 2
Daging, hati, sayuran hijau.
Vit. A (SI)
3500
+ 500
Hati, kuning telur, sayur dan buah berwarna hijau dan kuning kemerahan.
Vit. B1 (mg)
0,8
+ 0,2
Biji-bijian, padi- padian, kacang-kacangan, daging.
Vit. B2 (mg)
1,3
+ 0,2
Hati, telur, sayur, kacang-kacangan.
Vit. B6 (mg)
12,4
+ 2
Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan.
Vit. C (mg)
20
+ 20
Buah dan sayur.
Sumber : Haryanto (2000)





Tabel 2.2
Contoh Penyusunan Menu Gizi Seimbang Selama Kehamilan

Pagi
Pukul 10.00 dan 16.00
Siang
Malam
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Makanan selingan:
          • 1 buah pisang, atau
          • 1 mangkuk bubur kacang hijau, atau
          • 1 gelas biskuit susu
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Lauk hewani/nabati 1 porsi (1 potong)
    1. Lauk hewani 1 porsi (1 potong)
    2. Lauk nabati 1 porsi (1 potong)
Lauk hewani 2 porsi (2 potong)
Lauk nabati 1 porsi (1 potong)
Sayur 1 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
Sumber : Paath (2005)


  1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Astrini (2001), banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil, antara lain :
    1. Faktor budaya
Dalam kelompok budaya tertentu, ada mitos yang berisi pantangan atau larangan bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang seharusnya justru harus dikonsumsi ibu hamil, misalnya ibu tidak boleh makan ikan laut, karena dapat menyebabkan air ketuban berbau amis. Pendapat tersebut sangat tidak benar, bahkan ibu hamil sangat dianjurkan banyak mengkonsumsi ikan karena mengandung protein yang tinggi (Astrini, 2001).
Adanya mitos-mitos yang salah tersebut sangat mempengaurhi status gizi ibu hamil, karena ibu hamil berusaha mengikuti mitos-mitos yang salah seputar kehamilan sesuai dengan budaya yang dianutnya (Alifianti, 2006).
    1. Sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat merupakan indikator dalam penilaian apakah dalam satu keluarga itu mampu atau tidak dalam memenuhi kebutuhan. Tingkat sosial ekonomi rendah diidentikkan dengan kemiskinan (Notoatmodjo 2010). Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah cenderung mengabaikan pemenuhan asupan gizi seimbang dalam kehamilan, sehingga seringkali mengalami masalah gizi dalam kehamilan, misalnya anemia dan KEK (Astrini, 2001).
    1. pengetahuan ibu hamil
Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain faktor pengetahuan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang harus diperoleh (Christianingrum, 2005).
    1. penyakit pada ibu hamil
Penyakit kronis pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan status gizi ibu dalam kehamilan, misalnya maag atau gastric ulcer yang menyebabkan ibu mengalami gangguan pola makan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi ibu selama kehamilan (Astrini, 2001).

    1. Keragka Teori














Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo (2003), Karyadi (2001) dan Astrini (2001)







    1. Kerangka Konsep













Bagan 2.2

Kerangka Konsep

Keterangan :

: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

  1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan umum untuk membuat gambaran antara deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan.

  1. Populasi dan Sampel
    1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan data yang mengidentifikasikan suatu fenomena. Populasi tidak terbatas pada masalah manusia, tetapi juga dapat hewan, tumbuhan dan sebagainya (Mario, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas Bulan Januari sampai dengan April 2010, sejumlah 311 ibu hamil.
    1. Sampel
25
Sampel penelitian adalah sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi (Mario, 2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).
Sampel dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi yang ditentukan, yaitu :
  1. Ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas
  2. Bisa membaca dan menulis.
  3. Bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Sedangkan kriteris eksklusi ditentukan sebagai berikut :
      1. Ibu hamil yang mengalami penyulit kehamilan, misalnya hiperemesis gravidarum
      2. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit menahun
Besar sampel yang diambil ditentukan berdasarkan rumus untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000 (Notoatmodjo, 2005), yaitu :
N
n =
1 + N(d)²
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditentukan sebesar 10 %

311
n =
1 + 311 (10%)2

311
n =
1 + 311 (0,01)


311
n =
4,11

n = 75,6

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel ditentukan sebanyak 76 orang. Pemilihan sampel berdasarkan pendekatan simple random sampling atau pemilihan sampel dilakukan dengan cara acak sampai didapatkan jumlah sampel sebanyak 76 orang.

  1. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
    1. Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat ukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Badriah, 2006). Data primer diperoleh dengan cara peneliti membagi kuesioner terhadap responden yang telah memenuhi kriteria inklusi, sedangkan data sekunder adalah bahan kajian yang digambarkan oleh dan bukan yang ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian (Arikunto, 2002). Adapun data sekunder yang diambil pada penelitian ini didapatkan dari data registrasi ibu hamil di puskesmas Kembaran 1 Kabupaten Banyumas.
    1. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum mengisi kuesisoner, responden diberi penjelasan tentang tujuan, manfaat penelitian ini dan kesediaan calon responden untuk menjadi responden. Seluruh responden dalam penelitian ini telah menyatakan kesediaannya menjadi responden yang ditunjukkan dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Setelah responden menyatakan setuju, yang ditunjukkan dengan pengisian informed concent, kemudian responden diberi pengarahan tentang cara pengisian kuesioner. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri tanpa diwakilkan atau meminta pendapat orang lain. Selama proses pengisian kuesioner tidak ada responden yang meminta pendapat dari orang lain.

  1. Instrumen Pengumpulan Data
    1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, bagian pertama adalah kuesioner untuk mengetahui identitas responden, yang meliputi nama, umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
Kuesioner kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan. Jumlah item kuesioner kedua adalah 35 item dengan teknik pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban Benar-Salah.
    1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan terhadap 20 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas kalibago kecamatan Sokaraja. Pemilihan lokasi uji validitas dan reliabilitas karena Puskesmas kalibago kecamatan Sokaraja mempunyai karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian, karena secara geografis, letak kedua wilayah berdekatan.
      1. Validitas
Validitas dari alat ukur diketahui dengan teknik korelasi product moment yang diolah dengan komputerisasi, dengan rumus sebagai berikut :
r =
Keterangan :
N = Jumlah responden
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
XY = Skor pertanyaan dikali skor total
r = Taraf signifikan
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa untuk menentukan validitas dengan nilai r hasil, keputusan diambil dengan dasar:

        1. Jika r hasil positif dan r > r tabel, maka valid
        2. Jika r hasil negatif dan r < r tabel, maka tidak valid
Hasil uji validitas pertama menunjukkan terdapat 6 item yang tidak valid karena mempunyai nilai r hitung < 0,444, yaitu item nomor 2 (r hitung = 0,428), nomor 4 (r hitung = 0,091), nomor 5 (r hitung = 0,334), nomor 12 (r hitung = 0,412), nomor 20 (r hitung = 0,341) dan nomor 26 (r hitung = 0,334). Setelah diketahui ada item kuesioner yang tidak valid, maka dilakukan uji validitas ulang. Hasil uji validitas kedua memperlihatkan bahwa seluruh item kuesioner mempunyai nilai r hitung > 0,444, sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner adalah valid untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
      1. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan tetap konsisten walaupun pengukuran dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Penghitungan reliabilitas hanya dapat dilakukan pada pertanyaan yang sudah diuji validitasnya.
Untuk mengetahui reliabilitas dari instrumen menggunakan Alpha Cronbach yang diolah dengan sistem komputerisasi, rumusnya sebagai berikut :
r =

Keterangan :
k = Reliabilitas instrumen
α2b = Jumlah varian
α21 = Varian total
Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa untuk menentukan reliabilitas dengan nilai r alpha, keputusan diambil dengan dasar :
    1. Jika r alpha > r tabel, maka reliabel
    2. Jika r alpha < r tabel, maka tidak reliabel
Hasil uji reliabilitas, baik uji reliabilitas pertama maupun kedua memperlihatkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini adalah reliabel. Uji reliabilitas pertama menunjukkan nilai r hitung = 0,989 dan uji reliabilitas kedua menunjukkan r hitung = 0,964.

  1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
    1. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 2002). Penelitian ini terdiri dari variabel tungal, yaitu pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan.
    1. Definisi Operasional dan Jenis Data
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional untuk menjelaskan suatu variabel.
Tabel 3.1
Variabel, Definisi operasional, Parameter dan Skala

No
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Jenis
1

Pengetahuan ibu hamil tentag gizi seimbang dalam kehamilan

Pemahaman atau hasil penginderaan ibu hamil tentang gizi seimbang selama kehamilan
Hasil skor diprosentasekan dengan pembobotan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
    • 76 – 100% : Baik
    • 56 – 75% : Cukup Baik
    • 40-55% : Kurang Baik
    • < 40 % : Tidak Baik

Ordinal

2
Sub Variabel :
Pengertian

Pemahaman ibu tentang maksud dari gizi seimbang selama kehamilan

Hasil skor diprosentasekan dengan pembobotan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
    • 76 – 100% : Baik
    • 56 – 75% : Cukup Baik
    • 40-55% : Kurang Baik
    • < 40 % : Tidak Baik

Ordinal
3
Kebutuhan ibu hamil

Pemahaman ibu tentang kebutuhan gizi yang harus dipenuhi oleh ibu selama kehamilan
Hasil skor diprosentasekan dengan pembobotan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
    • 76 – 100% : Baik
    • 56 – 75% : Cukup Baik
    • 40-55% : Kurang Baik
    • < 40 % : Tidak Baik
Ordinal
4
Angka kecukupan gizi ibu hamil
Pemahaman ibu tentang jumlah gizi yang harus dikonsumsi selama kehamilan
Hasil skor diprosentasekan dengan pembobotan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
    • 76 – 100% : Baik
    • 56 – 75% : Cukup Baik
    • 40-55% : Kurang Baik
    • < 40 % : Tidak Baik
Ordinal
5
Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
Pemahaman ibu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gizi seimbang selama kehamilan
Hasil skor diprosentasekan dengan pembobotan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
    • 76 – 100% : Baik
    • 56 – 75% : Cukup Baik
    • 40-55% : Kurang Baik
    • < 40 % : Tidak Baik
Ordinal


  1. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
  1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas.
  1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah pada bulan Juli 2010.

  1. Pengolahan Data
  1. Teknik Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan tekstural atau narasi.
  1. Analisis Data
Kegiatan mengolah data dalam penelitian meliputi :
      1. Editing
Editing adalah memeriksa daftar yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan. Hasil kegiatan editing memperlihatkan tidak ada jawaban responden yang tidak lengkap, sehingga seluruh jawaban responden dapat dijadikan data penelitian.
      1. Coding
Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori-kategori. Biasanya klarifikasi dilakukan dengan cara memberi kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban, misalnya pengetahuan tidak baik diberi kode 1, kurang baik diberi kode 2, cukup baik diberi kode 3 dan pengetahuan baik diberi kode 4.
      1. Scoring
Langkah berikutnya setelah coding adalah melakukan scoring. Scoring dilakukan untuk mengetahui total skor dari jawaban responden atas kuesioner tentang pengetahuan. Scoring didasarkan pada jumlah jawaban yang benar atas kuesioner tentang gizi seimbang pada kehamilan.
      1. Tabulating
Pekerjaan tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data. Analisis data pada penelitian dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi. Penelitian ini hanya menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan hanya pada satu pengukuran (variabel) pada jumlah sampel tertentu (Santoso, 2005). Analisis univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentasi dari variabel penelitian.


  1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
          1. Lokasi penelitian ini hanya dilakukan hanya di satu Rumah Sakit saja, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa menggambarkan kondisi tingkat pengetahuan ibu hamil di wilayah Kabupaten Banyumas.
          2. Desain penelitian pada penelitian ini hanya menggunakan desain deskriptif sehingga hanya menghasilkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tanpa mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

          1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah penulis laksanakan pada Bulan Juli 2010 terhadap 76 ibu hamil di wilayah Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas. Selama proses penelitian, penulis tidak menemui hambatan berarti sebaliknya banyak faktor pendukung yang penulis dapatkan selama penelitian, antara lain : proses perijinan yang relatif cepat dan bantuan dari bidan desa selama pengumpulan data.
Setelah data terkumpul, maka penulis melakukan pengolahan data dan hasil analisa data tersebut akan disajikan sebagai hasil penelitian yang disesuaikan dengan tujuan khusus dan tujuan umum penelitian sebagai berikut :
  1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pengertian Gizi Seimbang pada Kehamilan

No
Pengetahuan
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
46
18
5
7
60,5
23,7
6,6
9,2
Jumlah
76
100.0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2010
36
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik (60,5%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik (6,6%).
  1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan gizi ibu hamil
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kebutuhan Gizi Seimbang pada Kehamilan

No
Pengetahuan
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
17
43
11
5
22,3
56,6
14,5
6,6
Jumlah
76
100.0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2010
Data dalam Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kebutuhan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (56,6%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (6,6%).
  1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang angka kecukupan gizi ibu hamil

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

No
Pengetahuan
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
12
42
18
4
15,8
55,3
23,7
5,2
Jumlah
76
100.0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2010
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang angka kecukupan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (55,3%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).
  1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

No
Pengetahuan
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
22
0
31
23
28,9
0,0
40,8
30,3
Jumlah
76
100.0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2010
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang (40,8%) dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup (0,0%).





  1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi Seimbang pada Kehamilan

No
Pengetahuan
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
12
42
18
4
15,8
55,3
23,7
5,2
Jumlah
76
100.0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2010
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang gizi seimbang pada kehamilan dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (55,3%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).

          1. Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk melakukan telaah pustaka untuk mengetahui adanya kesesuaian atau kesenjangan antara hasil penelitian dengan teori yang ada. Apabila ditemukan kesenjangan, maka akan disusun sebuah argumen ilmiah tentang fenomena yang menjadi hasil penelitian.
            1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan

Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik (60,5%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik (6,6%).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Pemenuhan gizi tidak dimulai pada saat janin sudah lahir, tetapi dimulai dari saat dalam kandungan atau selama kehamilan. Oleh karena itu ibu hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan (Karyadi, 2001).
Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan dapat dikategorikan cukup hal ini dapat disebabkan karena ibu mempunyai sumber informasi yang baik tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan, misalnya ibu melakukan konseling dengan bidan pada saat melakukan ANC. Konseling yang dilakukan bidan tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan akan meningkatkan pengetahuan ibu. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa seseorang dengan sumber informasi yang baik akan memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
            1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan gizi ibu hamil
Tingkat pengetahuan responden tentang kebutuhan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (56,6%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (6,6%).
Kebutuhan zat gizi selama hamil lebih besar dibandingkan dengan pada sebelum hamil, terutama untuk zat gizi tertentu. Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan gizi yang seimbang, yaitu makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Trimester pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian ibu hamil terhadap kehamilannya. Karena pertumbuhan janin masih lambat, maka penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil, bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu masih sama dengan wanita dewasa biasa. Memasuki trimester kedua, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lain untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI pada saat menyusui nanti. Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya (Lubis, 2003).
Hasil penelitian ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan menengah. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa ketrampilan. Sifat pendidikan sangat penting yaitu merupakan nilai yang memberikan pertimbangan dan arahan dalam kehidupan masyarakat, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan tempat pendidikan tersebut berlangsung dan merupakan satu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimana karakter moral dan intelektual ditempat untuk bersaing di era globalisasi.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada ibu hamil, dengan tingkat pendidikan yang tinggi ibu hamil akan mengetahui tentang asupan gizi yang baik untuk ibu selama kehamilan (Widagdo,2003).
            1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang angka kecukupan gizi ibu hamil

Tingkat pengetahuan responden tentang angka kecukupan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (55,3%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).
Menurut Karyadi (2001) angka kecukupan gizi adalah jumlah asupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil. Angka kecukupan gizi untuk kebutuhan kalori atau karbohidrat aalah 2800 Kalori, angka kebutuhan protein adalah 50 gram, kalsium 1,1 mg, zat besi 30 mg, vitamin A 4000 SI, vitamin B1 1,0 mg, vitamin B2 1,5 mg, vitamin B6 1,5 mg dan angka kebutuhan vitamin C sebesar 40 mg.
Hasil penelitian ini tentang angka kecukupan gizi ibu hamil dikategorikan cukup, karena ibu kurang mendapat informasi yang jelas tentang angka kecukupan gizi ibu hamil. Informasi yang didapat ibu seringkali tentang jenis dan jumlah gizi seimbang yang harus dikonsumsi ibu tanpa mencantumkan angka kecukupan gizi ibu hamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003 yang menyatakan bahwa sumber informasi yang baik akan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan individu.
            1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil

Hasil analisis univariat tingkat pengetahuan responden tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang (40,8%) dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup (0,0%).
Menurut Astrini (2001), banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil, antara lain adalah faktor sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahuan ibu hamil dan penyakit pada ibu hamil. Tingginya prosentase responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik dapat disebabkan ibu kurang mendapat penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Dalam konseling tentang gizi seimbang pada kehamilan, seringkali bidan tidak menjelasakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil, tetapi lebih menekankan tentang jenis dan cara pemenuhan gizi seimbang pada kehamilan.
            1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang tentang gizi seimbang pada kehamilan (55,3%) dan sebagian kecil memiliki tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Christianingrum (2005) yang menyatakan bahwa sampai saat ini di Indonesia masih banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang harus diperoleh, misalnya pendapat yang menyatakan bahwa ibu hamil tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi makanan karena dapat membuat janin terlalu besar sehingga menyulitkan proses persalinan. Fenomena yang menunjukkan bahwa banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil belum memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang gizi seimbang pada kehamilan.
Rendahnya jumlah ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang gizi seimbang dalam kehamilan dapat mengakibatkan ibu tidak memenuhi asupan gizi yang baik selama kehamilan. Hal ini dapat menimbulkan masalah, baik penyulit maupun komplikasi dalam kehamilan, misalnya KEK. Sebagaimana dijelaskan bahwa sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti KEK dan anemia gizi. Jumlah penderita KEK di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Menurut data Susenas tahun 1999, jumlah ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 27,6 % (Depkes, 2000). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil di Indonesia menderita KEK (Lubis, 2003). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 memperlihatkan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak 4.467 ibu hamil atau 14,5 % dari 30.701 ibu hamil.

BAB V
PENUTUP

          1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disusun beberapa kesimpulan, yaitu :
  1. Tingkat pengetahuan responden tentang pengertian gizi seimbang pada kehamilan dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik (60,5%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik (6,6%).
  2. Tingkat pengetahuan responden tentang kebutuhan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (56,6%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (6,6%).
  3. Tingkat pengetahuan responden tentang angka kecukupan gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (55,3%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).
  4. T
    46
    ingkat pengetahuan responden tentang faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan kurang (40,8%) dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup (0,0%).
  5. Tingkat pengetahuan responden tentang gizi seimbang pada kehamilan dengan persentase tertinggi adalah responden dengan tingkat pengetahuan cukup (55,3%) dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik (5,2%).

          1. Saran
            1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil penelitian ini misalnya dengan meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada kehamilan dengan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi seimbang pada kehamilan.
            1. Bagi Bidan Setempat
Meskipun tingkat pengetahuan sebagian besar responden tentang gizi seimbang pada kehamilan dalam kategori baik, tetapi bidan diharapkan memberikan konseling kepada ibu tentang gizi seimbang pada kehamilan pada saat ANC, supaya ibu hamil dapat mempraktekkan pemenuhan gizi seimbang pada kehamilan, sehingga ibu tidak mengalami masalah gizi selama kehamilan.


            1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat mendorong mahasiswanya untuk mengaplikasikan hasil perkuliahan secara langsung kepada masyarakat, misalnya memfasilitasi kegiatan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tentang gizi seimbang selama masa kehamilan.
            1. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuannya tentang gizi seimbang pada kehamilan, sehingga dapat mengurangi mempaktekkan pemenuhan gizi seimbang, sehingga ibu dapat meminimalkan risiko kehamilan dan persalinan yang disebabkan oleh kurangnya pemenuhan gizi selama kehamilan, misalnya ibu mengalami KEK.