BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi seluruh organisme dipermukaan bumi ini untuk meneruskan keturunannya. Seperti halnya makhluk lain, manusia juga menjalankan perannya dalam meneruskan keturunan, dan wanita memiliki peranan yang cukup besar. Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Ada berbagai perubahan yang terjadi selama masa ini berlangsung, antara lain pertumbuhan badan yang cepat, munculnya ciri-ciri seks sekunder, perubahan emosi, dan menarche. Pria mengalami masa pubertas sekitar usia 13-16 tahun, dan wanita mengalaminya pada usia 12-15 tahun. Selanjutnya masa ini akan berakhir pada saat tercapainya kematangan seksual.
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Aspek negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan oleh anak perempuan adalah kerepotan (membawa pembalut pengganti) dan kekotoran. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa menarche melibatkan ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional.
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2005).
Mewujudkan keluaga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan prilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus. (BKKBN, 2002).
Sasaran program kesehatan reproduksi adalah agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan prilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015 (BKKBN, 2002)
Target Nasional Program Kesehatan Reproduksi, yang akan dilaksanakan pada tahun 2010 untuk kesehatan remaja adalah (Depkes, 2001)
1.Penurunan prevalensi pada anemia remaja menjadi kurang dari 20%.
2.Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar sekolah minimal 20%.
3.Prevalensi permasalahan remaja menurun.
Dari hasil pra survey terdapat 137 remaja putri kelas VII di SMP Negeri 1 Salem dan wawancara pada 10 remaja putri yang ditemui dapat diketahui 8 siswi belum pernah mendapatkan informasi tentang menarche (haid pertama) dan 2 siswi menyatakan sudah pernah mendapatkan informasi tentang menarche dari teman.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui : ”Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem”.
B.Rumusan Masalah
“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche di SMP N 1 Salem Tahun 2010?”
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010
2.Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan kesiapan perubahan fisik menghadapi menarche.
b.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan kesiapan perubahan mental menghadapi menarche.
c.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan sumber informasi.
d.Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang menarche di SMP N 1 Salem tahun 2010 berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa SMP N 1 Salem
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan siswi tentang menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan
2. Bagi Instansi Pendidikan SMP N 1 Salem.
Sebagai bahan informasi bagi siswi SMP N 1 Salem tentang tingkat pengetahuan tentang menarche.
3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan DIII Kebidanan.
E.Lokasi dan Waktu
1.Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di SMP N 1 Salem.
2.Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Juli 2010
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pernyataan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Soekidjo, 2007).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Soekidjo, 2007).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan menurut Soekidjo (2007) yang dicakup dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu:
b.Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
c.Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentnag objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
d.Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi sebenarnya. Aplikai disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
e.Analisa (Analysis)
Analisis adalah Kemampuan untuk mernjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya dengan yang lain.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
f.Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
g.Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3.Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2007) cara memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a.Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:
1). Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.
2). Cara kekuasaan (otoritas)
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan.
3). Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
4). Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
b.Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian.
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Soedjono Soekanto (2009) adalah :
a.Tingkat pendidikan, pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif
b.Sumber informasi, seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempengaruhi pengetahuan Sumber informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Institusi pendidik langsung, meliputi tenaga kesehatan, guru dan orang tua (Soetjiningsih, 2004). Teman sebaya juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan. Teman sebaya yang hanya mengetahui sekilas saja tentang sesuatu hal, hanya memberikan informasi dan pemahaman yang salah.
2). Media cetak, meliputi koran, majalah, buku (Soekidjo, 2007)
3). Media elektronik, meliputi TV, internet, video (Soekidjo, 2007). Elgar Dale membagi alat peraga yang bisa dijadikan sumber informasi menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut kedalam kerucut: Kata-kata, tulisan, rekaman, radio, film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, benda asli.
Dari gambar 1 menunjukkan bahwa lapisan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan / pengajaran sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif (Soekidjo, 2007). Selain itu pengetahuan terbentuk setelah terjadi penginderaan oleh panca indra, panca indra yang paling sering digunakan adalah penglihatan dan pendengaran, sehingga sumber informasi yang bersifat audio visual akan lebih mempermudah penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan.
c.Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan
d.Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal
e.Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah pengetahuan.
5.Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atua responden ke dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Soekidjo, 2002). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Soekidjo, 2002) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Adapun hasil pengukuran tingkat pengetahuan menurut Arikunto tahun 2002 dapat terbentuk empat tingkatan antara lain:
1) Baik : Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 76%-100%
2) Cukup : Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 56%-75%
3) Kurang: Jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden 40%-55%
4) Buruk : Jika pertanyaan yang dijawab oleh responden <40% B. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Soekidjo, 2007). 2. Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu: a. Kognitif (cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. c. Konatif (conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Soekidjo, 2007). 3. Tingkatan Sikap Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap yaitu : a.Menerima (receiving) Pada tingkat ini, seseorang sadar akan kehadiran sesuatu (orang nilai perbedaan) dan orang tersebut akan menjelaskan sikap seperti mendengarkan, menghindari atau menerima keadaan tersebut. b.Merespon (responding) Yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau menjelaskan tugas yang diberikan sebagai sikapnya terhadap hal tertentu. c.Menghargai (valuing) Yaitu sikap untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d.Bertanggung jawab (responsible) Yaitu rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Soekidjo, 2007). C. Remaja 1. Pengertian remaja. Remaja ”adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin ”adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikososial (Yani, 2009). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Yani, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun. Adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Yani, 2009). Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari linkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak reamaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Yani, 2009). Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas (Yani, 2009) 2. Perkembangan remaja dan ciri-cirinya Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap: a. Masa remaja awal (10-12 tahun) 1). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2). Tampak dan merasa ingin bebas. 3). Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak) b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) 1). Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. 2). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3). Timbul perasaan cinta yang mendalam. 4). Kemampuan berfikir absterk (berkhayal) makin berkembang. 5). Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) 1). Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2). Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 3). Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4). Dapat mewujudkan perasaan cinta. 5). Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak. 3.Perubahan fisik pada masa remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangn yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut muculnya tanda-tanda sebagai berikut: a.Tanda-tanda seks primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid (menarche). Ini adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. b.Tanda-tanda seks sekunder 1). Rambut Rambut kemalun pada wanita juga tubuh seperti hal nya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tanpak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. 2). Pinggul Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat, hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. 3). Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secra harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. 4). Kulit Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut. 5). Kelenjar lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. 6). Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai kaki. 7). Suara Suara berubah semakin merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita. 4.Perubahan kejiwaan pada masa remaja Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada masa remaja adalah: a.Perubahan emosi Perubahan tersebut berupa kondisi: 1.Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamannya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi. 2.Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir dahulu. 3.Ada kecendrungan tidak patuh terhadap orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya dari pada tinggal di rumah. b. Perkembangan intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja: 1.Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik. 2.Cenderung ingin mengetahuan hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya (Yani, 2009). D. Menarche Pengertian Menarche Menarche adalah saat haid / menstruasi yang datang pertama kali pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa (Liewellyn-Jones, 2005). Menarche adalah menstruasi pertama, yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun (Manuaba, 2009). Menarche adalah menstruasi pertama pada remaja putri biasanya terjadi pada rentang usia 8-16 tahun (Dita andira, 2010). Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Menarche yang terjadi sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi precox (Sarwono, 2005). Seiring dengan perubahan pola hidup saat ini ada kecenderungan anak perempuan mendapatkan menstruasi yang pertama kali usianya makin lebih muda. Ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya menstruasi datang lebih dini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal yang dibawa sejak lahir. Kondisi ini kemudian dipicu pula oleh faktor eksternal, seperti makanan (terutama junkfood), lingkungan yang modern serta tingkat kemakmuran masyarakat di suatu daerah. Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin skunder, menarche, dan perubahan psikis. Menarche merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak adalah perubahan badan anak yang lebih cepat terutama ekstremitasnya, dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin, diduga pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis epifis tulang-tulang, sehingga pertumbuhan badan berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genetalia interna, genetalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder. Dalam masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna lambat laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa. Perkembangan dalam bidang rohani ialah penyesuaian diri dalam alam terlindung serta aman menuju ke arah alam berdiri sendiri dan bertanggung jawab, dari alam pikiran egosentrik ke alam pikiran yang lebih matang. E. Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian dan ada yang 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Sarwono, 2005). Menstruasi atau haid adalah keluarnya darah dari dalam rahim melalui vagina. Darah ini keluar sebagai akibat dari meluruhnya lapisan dalam rahim yang mengandung permbuluh darah sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi ini akan datang secara teratur setiap bulan. Normalnya setiap wanita pasti akan mengalami proses ini, meski waktu menstruasi pertama kali serta lamanya mentruasi pada setiap wanita itu berbeda-beda. (Nurchasanah, 2009). Siklus menstruasi yang normal bisa terjadi selama 21-35 hari. Oleh karena itu, jika siklus menstruasi pada seorang wanita tidak teratur, biasanya ada gangguan terhadap organ reproduksinya. Lamanya menstruasi pada tiap wanita juga tidak sama, tapi rata-rata terjadi selama 3-8 hari. ika sudah lebih dari 14 hari darah menstruasi belum berhenti, kemungkinan itu merupakan darah penyakit (Nurchasanah, 2009). Sebelum menstruasi, kadang-kadang wanita juga akan mengalami Premenstrual Syndrome atau PMS. Ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi di dalam tubuhnya. Bahkan ada pula yang rutin mengalami menstrusai. F.Sikap yang dilakukan dalam mengurangi rasa sakit pada menstruasi: 1).Kompres bagian perut atau punggung yang terasa sakit dengan botol berisi air panas. 2).Mandi dengan air hangat. Bisa juga menambahkan aromaterapi ke dalam air mandi sebagai salah satu upaya untuk merelaksasi tubuh. 3).Minum-minuman hangat yang banyak mengandung kalsium. 4).Gosok bagian yang sakit dengan minyak kayu putih atau balsam. 5).Untuk membantu relaksasi, lakukan posisi menungging agar rahim tergantung ke bawah. 6).Sering-sering menarik nafas panjang. (Nurchasanah, 2009). Haid bukanlah suatu penyakit. Haid merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil (Liewellyn-Jones, 2005). G.Siklus Menstruasi Alat kandungan ada saat lahir belum berkembang. Setelah pancaindra menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan di olah oleh hipotalamus, melalui”system portal”mengeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone yang merangsang indung telur. Hormon perangsang folikel (FSH), merangang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormone estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan di payudara) pertumbuhan rambut meliputi rambut kemaluan yang berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak (Manuaba, 2009). Pada permulaaan hanya hormone estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali (menarche) muncul pada umur 12-13 tahun. Dominannya estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder. Itu sebabnya pada permulaan perdarahan sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (tanpa pelepasan telur). Baru setelah umur wanita mencapai remaja 17-18 tahun, menstruasi teratur dengan interval 26-32 hari (Manuaba, 2009). Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormone lutheinizing (LH) sehingga dapat merangsang Folikel Graaf yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopii, dan dibungkus oleh korona radiate yang akan memberi nutrisi selama 48 jam. Folikel Graaf yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesterone (Manuaba, 2009) Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, setalah di rangsang oleh korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesterone lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, sehingga pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur), korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan di dalam rahim, oleh karena hormon estrogen dan progesterone berkurang sampai menghilang. Berkurang dan menghilangnya hormone estrogen dan progesterone, menyebabkan terjadi fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebur”mentruasi”. Pengeluaran darah menstruasi berlangsung antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Bila perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan banyak yang merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba, 2009). Oleh karena terjadinya kematian dari korpus luteum, hormone estrogen berkurang yang menyebabkan rangsangan untuk pengeluaran FSH sehingga siklus yang berhubungan dengan hipotalamus hipofise-indung telur berulang lagi. Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 23-35 hari. Oleh karena korpus luteum mempunyai umur sekitar 8-10 hari, dapat diperhitungkan terdapat pergeseran dari ovulasi (pelepasan telur) yang mempengaruhi perhitungan minggu subur. Mengetahui minggu subur sangat penting berkaitan dengan upaya dapat hamil bagi yang menginginkan atau menghindari hubungan seksual bagi yang keluarga berencana dengan sistem “pantang berkala”. (Manuaba, 2009). Menurut Heffner (2008). Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti, jika ini proses dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium: 1.Fase folikular. Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi. Pada siklus menstruasi 28 hari, fase ini meliputi 14 hari pertama. Pada siklus ovulatoir yang lebih atau kurang dari 28 hari, adanya penyimpangan lamanya siklus tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan lamanya fase folikular. 2.Fase ovulatori. Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui kapsul ovarium. Dua sampai tiga hari sebelum onset lonjakan LH, etradiol dan inhibin B yang bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan, sintesis etradiol berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa. 3.Fase luteal Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Sebenarnya, konsentrasi estrogen yang bersirkulasi selama fase luteal berada dalam keadaan praovulatori, dengan umpan balik positif. Akan tetapi ciri fase luteal adalah konsentrasi progesteron dan 17-hidroksiprogesteron yang tinggi dan disekresi oleh korpus luteum. Progesteron pada kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipófisis. Selain itu, pada keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya konsentrasi progesteron dan estrogen, frekuensi denyut GnRH praovulatori menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis dasar. 4.Fase menstruasi. Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya, akan berovulasi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi. H. Gangguan Menstruasi Setelah memahami siklus mentruasi normal dengan menarche sebagai titik awalnya, dapat dikemukakan beberapa gangguan menstruasi seperti dibawah ini: a.Gangguan jumlah darah dan lama haid. Hipermenorea (menoragia) adalah bentuk gangguan siklus mentruasi tetap teratur, tapi jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darahnya. Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim). Diagnosis kelinan ini dapat ditetapkan dengan pemeriksaan dalam, ultrasonografi (USG), dan pemeriksaan terhadap kerokan. Kelainan kedua adalah hipomenorea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak banyak berdarah.penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita yang kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu (Manuaba, 2009). b.Kelainan siklus menstruasi, Mencakup bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut, polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea, siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan hormonal, amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut. Menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun. Amenorea primer terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebab kelainan anatomis alat kelamin (tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal). Amenorea fisiologis (normal) yaitu seorang wanita sejak lahir sampai mencapai menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid. Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti setelah lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolism, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau terdapat penyakit menahun (Manuaba, 2009). c.Perdarahan di luar haid. Perdarahan diluar haid disebut juga metroragia. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poroshipotalamus-hipofise, ovarium (indumg telur), dan rangsangan estrogen dan progesterone dengan bentuk perdarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan terus-menerus, dan perdarahan mentruasi berkepanjangan. Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan secara hormonal sedangkan untuk wanita menikah atau mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya. Untuk menegakkan kepastian dan mengurangi keluhan, sebaiknya dilakukan konsultasi ke dokter ahli. Bentuk gambaran klinis gangguan hormonal dengan perdarahan yaitu perdarahan rahim menyimpang, menometroragia (perdarahan banyak dan berkelanjutan dengan menstruasi) atau metrorragia / perdarahan di luar menstruasi (Manuaba, 2009). Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan pada alat-alat kelamin di antaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan, atau polip). Pada badan rahim (mioma uteri [tumor rahim], polip pada lapisan dalam rahim, keguguran atau penyakit trofoblast, keganasan). Sedangkan pada saluran telur kelainan dapat berupa kehamilan tuba (di luar kandungan), radang saluran telur, atau tumor tuba sampai keganasan tuba (Manuaba, 2009). Setiap perdarahan abnormal yang terjadi bersamaan atau di luar menstruasi sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009). d.Keadaan patologis terkait menstruasi. Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum haid (prementual tension) terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesterone menjelang menstruasi (Manuaba, 2009). Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran pada payudara sebelum menstruasi. Ini disebabkan peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam, tetapi perlu diperhatikan kemungkinan adanya radang payudara atau tumor payudara, karenanya disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum haid adalah mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel Graaf, dapat disertai perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari, ini adalah waktu yang tepat untuk hubungan seks yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Sedangkan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenorea primer dan sekunder (Manuaba, 2009). I. KERANGKA TEORI Kerangka teori adalah suatu kerangka yang berhubungan dengan abstrak atau nyata yang disusun berdasarkan tema atau topik (Metodologi Riset Keperawatan, 2001). 4. Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Notoatmodjo, 2002; Manuaba, 2009; Widyastuti, 2009 : Wiknjosastro, 2005). F.KERANGKA KONSEP Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo, 2002) Kerangka konsep penelitian Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan kuantitatif yaitu data yang hasilnya berupa angka-angka biasanya dalam bentuk presentase (Soekidjo, 2002). Peneliti mencari gambaran tentang tingkat pengetahuan remaja putri kelas VII tentang menarche di SMP Negeri I Salem dan hasil datanya berupa angka-angka dalam bentuk presentase. Peneliti menggunakan pendekatan survei yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu (Soekidjo, 2002). B.Populasi dan Sampel 1.Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Soekidjo, 2002). Populasi penelitian adalah remaja putri kelas VII di SMP Negeri I Salem yaitu sebanyak 137 siswa. 2.Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2002). Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan (Sugiyono, 2009). Menurut Polit dan Hungler (1993) mengatakan bahwa, semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh ( Nurasalam, 2008 ). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 137 responden dari jumlah seluruh responden. C.Jenis dan teknik pengumpulan data Jenis data digunakan adalah data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui obyeknya (Soekidjo, 2002). Data yang di peroleh dari populasi secara langsung saat penelitian yaitu kuesioner. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu peneliti datang ke SMP Negeri I Salem. Kemudian peneliti memasuki kelas responden dengan didampingi seorang guru, dengan dibantu oleh ketua kelas, peneliti membagikan kuesioner satu per satu pada setiap responden. Tapi sebelumnya peneliti terlebih dahulu memberikan informasi dan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner serta meminta persetujuan untuk menjadi responden. Setelah kuesioner diisi semua oleh responden kemudian kuesioner dikumpulkan kepada peneliti satu per satu sambil diteliti apakah data-datanya yang ada dalam kuesioner sudah terisi semua atau belum. Dalam penelitian ini dibutuhkan waktu satu hari untuk pengambilan data dalam penelitian. D.Instrumen pengumpulan data Kuesioner dipakai sebagai alat pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan responden tentang menarche. Jenis kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang harus dijawab atau diisi oleh responden. Responden memilih salah satu alternative jawaban pada angket pengetahuan yaitu benar atau salah yang terdiri dari 20 soal. Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan tertutup dimana responden harus mengisi salah satu jawaban dengan ketentuan pada pertanyaan positif nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Pada pertanyaan negatif nilai 0 untuk jawaban benar dan nilai 1 untuk jawaban salah. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Materi Pengetahuan Variabel Item Materi No. Soal Jumlah Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Menarche - Perubahan fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9 - Perubahan mental 10, 11, 12, 13, 14, 15 6 - Sumber informasi 1 - Sikap 16, 17, 18, 19, 20 5 Sebelum kuesioner di kenalkan pada responden instumen ini akan di uji keampuhan. Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid (Arikunto, S. 2002). 1.Uji Validitas Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen (Soekidjo, 2002). Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS. Rumus : rxy Keterangan : rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y. xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item. y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Pada tingkat kepercayaan 95 % dapat diketahui r tabel sebesar 0,361 Dinyatakan valid apabila r hitung > dari r tabel, sebaliknya apabila r tabel > dari r hitung maka dinyatakan tidak valid (Soekidjo, 2002). Dari 20 butir pertanyaan, 20 butir pertanyaan dianggap valid karena nilai rxy > r tabel (0,361) sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Selanjutnya butir pertanyaan yang valid dilanjutkan untuk uji reliabilitas.
Uji validitas dilakukan di SMP Negeri 2 Salem atas dasar persamaan geografis dan prestasi akademik. Uji validitas dilakukan tanggal 25 Mei 2010 pada 30 responden dengan 20 soal. Analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS.
2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup data dipercaya dan diandalkan untuk dipakai sebagai alat pengumpul data. (Soekidjo, 2002). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan untuk mengambil data berapa kalipun, hasilnya akan tetap sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan Rumus :
α =
Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I
Sx = jumlah varians skor total
Apabila nilai alpha Cronbach > 0,361 maka alat ukur itu bisa dikatakan reliable, jika kurang dari 0,361 maka tidak reliable. (Sugiyono, 2005)
Uji realibilitas dilakukan di SMP Negeri 2 Salem atas dasar persamaan geografis dan prestasi akademik. Uji validitas dilakukan tanggal 25 Mei 2010 pada 30 responden dengan 20 soal. Analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien Alpha Chronbach dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS.
Hasil angka reliabilitas pada setiap butir pertanyaan tingkat pengetahuan dikatakan reliabel bila α (0,8161) > r tabel (0,361). Dari hasil tersebut, maka 20 butir pertanyaan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian di SMP Negeri 1 Salem.
E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Soekidjo, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja kelas VII tentang menarche di SMP Negeri I Salem meliputi pengetahuan siswi tentang menarche berdasarkan perubahan fisik, pengetahuan siswi tentang menarche berdasarkan perubahan mental, sumber informasi, serta sikap dan cara mengurangi rasa sakit saat menarche.
2.Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu petunjuk bagaimana dalam penelitian akan memberikan gambaran secara nyata fenomena yang lebih mengarah pada permasalahan yang akan diteliti:
Tabel 3.3 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Skala
1
Pengetahuan remaja putri
Pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki oleh responden dalam menjawab kuesioner dengan benar tentang kesiapan fisik, mental menghadapi menarche
Baik:76-100%
Cukup: 56-75%
Kurang: 41%-55%
Buruk : < 40% Ordinal 2 Perubahan fisik Perubahan fisik merupakan suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41% - 55% Buruk : < 40% Ordinal 3 Perubahan mental Perubahan mental adalah perubahan kejiwaan responden menghadapi mearche Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41%-55% Buruk : < 40% Ordinal 4 Sumber informasi Sumber informasi adalah media yang digunakan responden untuk mengetahui tentang menarche Guru Koran / majalah Orang tua Tenaga kesehatan Internet Televisi Nominal 5 Sikap dan cara mengatasi rasa sakit saat menarche Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek Baik:76-100% Cukup: 56-75% Kurang: 41%-55% Buruk : < 40% Ordinal F.Lokasi dan waktu pengambilan Data 1.Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Salem. 2.Waktu Pengambilan Data Pengambilan data di lakukan pada tanggal 18 Juni 2010 G.Pengolahan Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik dengan cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan alat komputer dengan cara ( Soekidjo, 2002), sebagai berikut : 1.Editing Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan berupa hasil dari pembagian kuesioner. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menjumlah dan melakukan koreksi ( Budiarto, 2001). Peneliti melakukan pemeriksaan ulang kuesioner ditempat pengumpulan data, meneliti kembali jawaban yang ada serta kelengkapan data kuesioner yang diisi oleh responden bila terjadi kekurangan atau ketidaksesuian dapat segera dilengkapi atau disesuaikan. 2.Coding Setelah editing selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan pengkodean atau pemberian kode pada data ( Budiarto, 2001). Pada penelitian ini data coding dilakukan dengan memberikan kode 0 untuk jawaban yang salah dan 1 untuk jawaban benar. 3.Tabulating Setelah editing dan koding selesai dilakukan langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mengelompokan data tersebut kedalam sebuah tabel tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai tujuan penelitian (Nursalam, 2008). 4.Analisis Data Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan proses komputerisasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Anilisis univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap satiap variabel dari hasil penilitian. Pada umumnya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Soekidjo, 2002). Tingkat pengetahuan(%) = x 100% Dari analisa tersebut akan menghasilkan predikat tingkat pengetahuan yang akan dikategorikan ke dalam : Baik : apabila jumlah jawaban benar 76% – 100% Cukup : apabila jumlah jawaban benar 56% – 75% Kurang : apabila jumlah jawaban benar 40% – 55% buruk : apabila jumlah jawaban benar <40% (Arikunto, 2002) H. Keterbatasan Penelitian 1. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan data primer dan dibagikan dalam bentuk kuesioner, sehingga validitas dan reabilitas penelitian sangat tergantung dari jawaban yang diisi oleh responden sehingga penelitian ini masih kurang dari sempurna, karena tidak bisa menggali alasan-alasan yang dilakukan responden. Peneliti sadar dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Hal ini karena peneliti kurang dapat beradaptasi dengan responden, dan dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. 2. Peneliti hanya meneliti tingkat pengetahuan remaja putri hanya sampai batas tahu atau mengukur tingkat pengetahuannya saja dari seluruh badan yang dipelajari yaitu pengetahuan menstruasi tidak mengukur sampai batas memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 3. Proses penelitian yang sangat cepat sehingga peneliti tidak bisa mengkaji lebih dalam mengenai pengetahuan responden tentang menarche. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Juli 2010 dengan sampel siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes berjumlah 137 responden. 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 25 99 8 5 18,2 72,3 5,9 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%). Tingkat pengetahuan siswi tentang menarche dalam kategori baik sebanyak 25 orang (18,2%), kurang sebanyak 8 orang (5,9%) dan buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 49 59 24 5 35,8 43,1 17,5 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 49 orang (35,8%), kurang sebanyak 24 orang (17,5%) dan buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 3.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 49 53 27 8 35,8 38,7 19,7 5,8 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 49 orang (35,8%), kurang sebanyak 27 orang (19,7%) dan buruk sebanyak 8 orang (5,8%). 4.Sumber informasi pengetahuan tentang menarche Gambaran secara umum sumber informasi pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi frekuensi sumber informasi pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Sumber informasi Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 Guru Koran/Majalah Orang tua Tenaga kesehatan Internet TV 15 18 58 29 12 5 10,9 13,1 42,4 21,2 8,8 3,6 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,4%), kemudian dari Tenaga kesehatan sebanyak 29 orang (21,2%), koran/majalah 18 orang (13,1%), dari guru sebanyak 15 orang (10,9%), Internet sebanyak 12 orang (8,8%) dan dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche Gambaran secara umum tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 Baik Cukup Kurang Buruk 52 65 13 7 38,0 47,4 9,5 5,1 Jumlah 137 100,0 Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%). Tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 52 orang (38%), kurang sebanyak 13 orang (9,5%) dan buruk sebanyak 7 orang (5,1%). B.Pembahasan 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%) dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 5 orang (3,6%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Soekidjo, 2002). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche dalam kategori cukup dimungkan karena responden pernah mendapatkan informasi dari sumber yang dapat mereka temukan. Namun demikian informasi yang responden dapatkan tersebut belum dapat dipahami secara lebih luas sehingga pengetahuan mereka baru dalam kategori cukup. 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 5 orang (3,6%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan perubahan fisik dalam kategori cukup karena responden merasa perubahan fisik itu merupakan perubahan yang terjadi secara tidak disadari dan terjadi secara alamiah / natural. Sesuai dengan pertumbuhan normal organ–organ reproduksi. Pada masa remaja terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi (Yani, 2009). Adanya perubahan fisik ini perlu diketahui oleh remaja putri menjelang masa menarche sehingga tidak terjadi kebingungan atau kecemasan ketika perubahan itu terjadi. 3.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 8 orang (5,8%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan perubahan mental dalam kategori cukup dimungkinkan karena responden merasa tidak ada perubahan mental yang sangat mengganggu. Menurut Yani Widiastuti ( 2009 ) Perubahan mental yang terjadi pada masa menarche seperti sensitif atau peka misalnya mudah Menangis, cemas dan frustasi tetapi sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap rangsangan dari luar, suka mencari perhatian dan suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini perlu diketahui dengan baik oleh remaja sehingga hal-hal yang negatif dapat dihindarkan. 4.Sumber informasi pengetahuan tentang menarche Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,3%) dan sebagian kecil dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). Sumber informasi dari orang tua akan lebih baik karena orang tua (ibu) mempunyai pengalaman mengalami menarche. Selain itu, orang tua biasanya berusaha memberikan pendidikan atau pengetahuan yang lebih baik dan benar kepada anaknya. Tingkah laku manusia dipengaruhi budaya dalam memenuhi kebutuhan sikap dan kepercayaan. Budaya yang terjadi dinegara kita adalah mayoritas seorang ibu memberikan informasi mengenai menarche kepada anaknya. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Sumber informasi biasanya diperoleh dari pengalaman (Soekidjo, 2002). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 7 orang (5,1%). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche dalam kategori cukup dimungkinkan karena responden mengetahui cara mengurangi rasa sakit hanya sebagian kecil saja sehingga pengetahuan mereka baru dalam kategori cukup. Mayoritas sikap yang dilakukan cara megurangi rasa sakit pada saat menarche sebagian besar hanya mengetahui dengan cara mengompres. Sikap merupakan reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih darhulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak dengan motif tertentu (Soekidjo, 2007). Dengan yang cukup baik berarti remaja putri telah cukup mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.Tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 99 orang (72,3%) dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 5 orang (3,6%). 2.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan fisik pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 59 orang (43,1%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 5 orang (3,6%). 3.tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan perubahan mental pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 53 orang (38,7%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk sebanyak 8 orang (5,8%). 4.Sumber informasi tentang menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar adalah dari orang tua yaitu sebanyak 58 orang (42,4%), dan sebagian kecil dari TV sebanyak 5 orang (3,6%). 5.Tingkat pengetahuan tentang menarche berdasarkan sikap dalam mengurangi rasa sakit saat menarche pada siswi kelas VII SMP N 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2010 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 65 orang (47,4%), dan sebagian kecil dalam kategori buruk yaitu sebanyak 7 orang (5,1%). B.Saran 1.Bagi siswa SMP N 01 Salem Siswi atau remaja putri menjelang usia menarche sebaiknya mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya mengenai menarche sehingga memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche. 2.Bagi Instansi Pendidikan SMP N 01 Salem Dalam beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan menarche sebaiknya diberikan materi mengenai menarche secara lebih luas sehingga pengetahuan siswi putri tentang menarche dapat lebih baik. 3.Bagi Peneliti Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang menarcher pada remaja putri dengan uji korelasi.atan Alumni Pendidikan Keper DAFTAR PUSTAKA -Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta. - BKKBN.2002. Aborsi Harus Diselesaikan Secara Sosiologis.http://www//blog abortion. Diakses tanggal 21 Mei 2010 pukul 19.18. WIB. -Budiarto, Eko. 2001 Biostatik Untuk Pendekatan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. -Depdiknas. 2001. Kampus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3 . Jakarta : Balai Pustaka. -Dita Andira. 2010. seluk-beluk kesehatan reproduksi wanita.cetakan pertama, februari 2010, hal 31-33,Yogyakarta: A*PLUS BOOKS -Heffner, Linda J dan Schust Danny J. 2008. The Productive System at a Glance. Jakarta. Erlangga. -Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. metode penelitian kesehatan. Rhineka cipta. Jakarta. _________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta -Nurchasanah. 2009. Ensiklopedi kesehatan wanita. Yogyakarta:.............. -Nursalam, 2008. Konsep dan Penarapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta -Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC. -Prawiroharjo, Sarwono.2005.Ilmu Kandungan, edisi 2.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka -Widyastuti, Yani, dkk.2009. Konsep Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya - Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. - Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Per -Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta -Wiknjosastro, Hanifa. 2005.Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar